Senin, 03 Desember 2018
KONSEP ABCD PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN
Meski para ahli memberikan rumusan tujuan pembelajaran yang beragam, tetapi semuanya menunjuk pada esensi yang sama, bahwa: (1) tujuan pembelajaran adalah tercapainya perubahan perilaku atau kompetensi pada siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran; (2) tujuan dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau deskripsi yang spesifik.
Yang menarik untuk digaris bawahi yaitu dari pemikiran Kemp dan David E. Kapel bahwa perumusan tujuan pembelajaran harus diwujudkan dalam bentuk tertulis. Hal ini mengandung implikasi bahwa setiap perencanaan pembelajaran seyogyanya dibuat secara tertulis (written plan).
1. Audience.
Secara verbal, audience diartikan sebagai pendengar, peserta. Dalam konteks pembelajaran yang dimaksud audience adalah peserta didik Audience adalah objek yang "dikenai" sasaran proses belajar mengajar, audience juga sebagai "pelaku" dalam pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran harus nampak bagaimana aktivitas siswa. Untuk memahami hal ini perhatikan contoh berikut :
Audience (petatar, siswa, mahasiswa, murid dan sasaran didik lainnya), adalah pelaku yang menjadi kelompok sasaran pembelajaran, yaitu siswa.
Setelah menyaksikan video tentang "Pergaulan Hidup Masyarakat", siswa dapat menyebutkan arti Norma dengan menggunakan bahasanya sendiri. Unsur audience pada rumusan tujuan pembelajaran di atas adalah siswa, pada rumusan tersebut jelaslah bahwa sebagai objek, siswa dikenai "sasaran" dalam proses pembelajaran tersebut.
Rangkaian pemahaman materi Norma dalam situasi di atas harus dikenakan pada siswa, bukan guru atau pendidik. Sedangkan sebagai sobjek, terlihat pada situasi ketika siswa harus menyaksikan video tayangan dan harus menyimpulkan video tersebut untuk memperoleh rumusan arti Norma. Jadi pelaku utama untuk menemukan arti norma adalah siswa. Pelaku disini kita sinonimkan dengan subjek.
2. Behavior
Behavior merupakan tingkah laku atau perilaku atau aktivitas suatu proses. Dalam pembelajaran behavior nampak pada aktifitas siswa dalam pembelajaran. Potensi siswa dioptimalisasi dalam kondisi ini, karena siswalah yang menjadi sasaran pembelajaran sekaligus pelakunya.
Pembelajaran tanpa adanya tingkah laku siswa/aktifitas siswa tidak mungkin dilakukan. Aktifitas sederhana gambaran behaviore siswa adalah mendengarkan, menyimak atau proses yang lainnya. Aktifitas siswa yang diharapkan harus disesuaikan dengan konteks-konten materi. Untuk itu, ketika kita mengembangkan silabus harus terlihat jelas pemetaan materinya (pahami pemetaan materi dalam silabus).
Lantas, seperti apa rumusan tujuan pembelajaran yang ber-behaviore? Kita lihat contoh berikut: Setelah menyaksikan video tentang "Pergaulan Hidup Masyarakat", siswa dapat menyebutkan arti Norma dengan menggunakan bahasanya sendiri. Unsur behaviore pada rumusan tujuan pembelajaran di atas adalah kata menyebutkan. Siswa dalam proses tersebut melakukan aktifitas utama menyebutkan arti norma. Tentu sebuah pertanyaan akan muncul, mengapa kata menyaksikan dalam diskripsi di atas tidak termasuk kategori unsur behavior? Kata menyaksikan juga termasuk aktifitas siswa, tapi tujuan utamanya bukan menyaksikan dalam konteks materi norma, tetapi menyebutkan.
Karena itu kita harus paham benar dalam menggunakan setiap kata. Panduan kata kerja operasional dapat anda pahami pada materi berikutnya.
Penggunaan kata kerja operasional dalam perumusan tujuan pembelajaran tidak boleh lebih dari satu. Artinya dalam sebuah aktifitas pembelajaran, siswa tidak boleh melakukan lebih dari 1 (satu) perbuatan. Misalnya contoh berikut ini:
Contoh salah dalam menggunakan kata kerja operasional (behaviore)
Setelah menyaksikan video tentang "Pergaulan Hidup Masyarakat", siswa dapat menyebutkan dan menuliskan arti Norma dengan menggunakan bahasanya sendiri.Pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengenal menjadi mengenal, dari tidak paham menjadi paham. Untuk itu fokus 1 (satu) perbuatan akan menjadikan pembelajaran lebih berarti.
3. Condition.
Kata Condition, diartikan sebagai keadaan, kondisi. Dalam konteks ini adalah keadaan/kondisi siswa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan/aktifitas, persyaratan yang perlu dipenuhi agar perilaku yang diharapkan dapat tercapai. Mengingat bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku, maka keberadaan kondisi sangatlah pokok.
Dalam keadaan seperti apa proses pembelajaran terjadi, sehingga siswa dapat dikatakan mengalami perubahan tingkah laku. Condition atau keadaan ini erat kaitanya dengan kata degree yang akan dibahas berikutnya. Mari kita lihat contohnya pada redaksi tujuan pembelajaran yang telah kita tampilkan di atas: Setelah menyaksikan video tentang "Pergaulan Hidup Masyarakat", siswa dapat menyebutkan arti Norma dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Pada setiap rumusan pembejaran selalu berlaku hal tersebut. Variasi penggunaan condition bisa merupakan rangkatian kata atau gabungan kata. Contoh keadaan/kondisi pada rumusan tujuan pembelajaran di atas adalah setelah menyaksikan, tergambar bahwa untuk dapat "menyebutkan arti norma dengan bahasanya sendiri" diperlukan persyaratan harus menyaksikan video. Bagaimana mungkin pembelajaran memiliki tujuan, jika tidak ada persyaratan yang diberikan pada situasi tersebut? Bila belum jelas, lihatlah rumusan sederhana berikut:
Siswa dapat menyebutkan bunyi sila ke-2 dengan benar, setelah melihat lembar balik gambar rumusan dan lambang sila-sila Pancasila Rumusan kondisinya jelas, yaitu setelah melihat, bagaimana jika rumusanya:
Siswa dapat menyebutkan bunyi sila ke-2 dengan benar. Rumusan tersebut sering kita jumpai, termasuk contoh-contoh yang diberikan dari pakar dan praktisi pendidikan sebagai nara sumber pelatihan/diklat. Agar tidak terjebak, maka sebaiknya sebelum ikut diklat, workshop atau yang sejenisnya, kita harus memahami dulu secara teoritis. Rumusan tujuan pembelajaran di atas hanya terdiri dari 3 unsur.
4. Degree
Artinya perbandingan/bandingan, dalam konteks tujuan pembelajaran bertujuan untuk membandingkan kondisi sebelum dan sesudah belajar. Kembali kita pahami bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku. Dari tidak bisa menjadi bisa atau apapun perubahannya. Degree juga merupakan tingkat penampilan yang dapat diterima oleh siswa setelah melalui rangkaian sajian proses pembelajaran. Kita perhatikan contoh rumusan di atas:
Setelah menyaksikan video tentang "Pergaulan Hidup Masyarakat", siswa dapat menyebutkan arti Norma dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Kondisi/degree pada rumusan di atas adalah "dengan menggunakan bahasanya sendiri". Tingkat degree tergantung bobot materi yang akan disajikan melalui tujuan pembelajaran. Degree juga harus berkaitan benar dengan jenis perubahan tingkah laku yang akan ditampilkan siswa.
LENGKAPNYA SILAKAN DOWLOAD FILE INI !
Pakdhe Prie (Pengawas TK/SD), bekerja di Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo Propinsi Jawa Timur ------BLOGGER :
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Yang downlog tolong tinggalkan coment ya !
Posting Komentar