Sumber : https://www.kompasiana.com/chandradinar/5930c0d3759773e92d0391c6/tentang-gmo-food
Jika berbicara mengenai teknologi pangan, beberapa orang pasti sering menyinggung tentang isu GMO food yang sedang marak disuarakan beberapa tahun belakangan ini. Apalagi saat ini produk GMO food menjadi semakin beragam dan mudah dijumpai oleh masyarakat. Nah, berikut beberapa fakta mengenai GMO food yang kamu perlu tahu.
Apakah GMO food itu?
GMO merupakan akronim dari Genetically Modified Organism, yaitu organisme yang telah mengalami modifikasi secara genetik dengan bantuan kemajuan bioteknologi. Sehingga bisa dikatakan bahwa GMO food merupakan makanan / bahan makanan yang berasal dari makhluk hidup yang telah ditingkatkan kemampuan genetiknya melalui teknologi rekayasa genetika. Sebagian besar rekayasa genetika dilakukan untuk mengatasi kebutuhan pangan penduduk dunia yang semakin meningkat dan juga untuk menangani permasalahan kekurangan gizi manusia.
GMO dikembangkan oleh para ahli dengan tujuan memperoleh produk berkualitas tinggi, tahan terhadap serangan hama dan penyakit, memiliki umur panjang (tidak mudah layu atau busuk), serta me-miliki tingkat reproduksi yang baik, namun tanpa mengurangi kandungan nutrisi alami yang dihasilkan dari produk itu sendiri. Lebih dari 30 negara telah menetapkan peraturan ketat terhadap produk makanan yang berasal dari hewan dan tanaman transgenik (hasil rekayasa genetika) beserta produk-produk sampingannya.
Bagaimana sejarah perkembangan GMO food?
Sebenarnya memanfaatkan perangkat DNA suatu ta-naman atau hewan dengan kemajuan bioteknologi sudah dirintis oleh para ilmuwan sejak awal berkembangnya pengetahuan genetika modern, dan meningkat pesat ketika dihadapkan pada kebutuhan pangan dunia yang semakin tinggi. Memproduksi enzim makanan dengan menggunakan bantuan enzim mikroba mungkin merupakan salah satu cara paling awal dan sederhana dari pengaplikasian GMO food untuk produksi pangan.
Contohnya adalah pembuatan keju yang dibantu dengan menambahkan enzim rennet yang diekstraksi dari lapisan perut sapi. Seiring perkembangan ilmu bioteknologi pangan, produksi GMO food semakin mudah dilakukan seperti dengan menggunakan metode pembiakan selektif ataupun kloning pada hewan dan tanaman.
Prinsip umum dari produksi GMO adalah dengan mengubah materi genetika suatu organisme. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melakukan mutasi, penghapusan, atau penambahan materi genetika. Sekarang ini GMO food sudah banyak ditemukan pada berbagai jenis produk seperti kacang kedelai, kacang polong, jagung manis, padi, kapas, tomat, kentang, dan juga susu.
Apakah GMO food aman untuk dikonsumsi?
Para ahli melakukan serangkaian uji coba terhadap hewan yang diberi makan GMO food dan mendapat hasil yang cukup mengejutkan. Uji coba tersebut menunjukkan adanya kerusakan organ, kelainan gastrointestinal maupun sistem imun, terjadinya proses pe-nuaan dini, serta mengakibatkan infertilitas atau kemandulan. GMO food yang dikonsumsi oleh manusia memiliki kemungkinan besar untuk meninggalkan material yang terkandung di dalam tubuh. Hal inilah yang mengakibatkan GMO food beresiko buruk jika dikonsumsi dalam jangka yang panjang.
Beberapa masalah kesehatan semakin bermunculan semenjak dikenalkannya GMO food pada tahun 1996. Masalah kesehatan tersebut beragam mulai dari alergi makanan, masalah pencernaan, masalah reproduksi, kelainan genetik, hingga meningkatnya resiko kanker. Konsumsi GMO food juga mengakibatkan badan menjadi resisten atau kebal terhadap antibiotik.
Walaupun belum terdapat penelitian mendalam yang menyatakan bahwa konsumsi GMO food merupakan faktor utama yang berkontribusi terhadap meningkatnya masalah kesehatan tersebut, para dokter dan ahli kesehatan seperti American Academy of Environmental Medicine (AAEM) menyarankan untuk menghindari konsumsi GMO food sebagai proteksi dini.
Apakah GMO food berdampak pada lingkungan?
Hal tersebut masih dalam penelitian lebih lanjut, namun pada budidaya tanaman transgenik penghasil GMO food berpotensi untuk mengganggu keseimbangan ekosistem. Salah satunya kemungkinan terbesar adalah terbentuknya hama atau gulma super (yang lebih kuat atau resisten) di lingkungan. Selain itu pembiakan tanaman transgenik dapat menimbulkan perpindahan gen secara tidak terkendali dari tanaman transgenik ke tanaman lain di alam melalui penyerbukan (polinasi) dengan bantuan angin atau hewan.
Akibatnya, dapat terbentuk tumbuhan baru dengan sifat yang tidak diharapkan dan berpotensi merugikan lingkungan serta menyebabkan fenomena kontaminasi benih. Kontroversi mengenai GMO food terus bergulir melibatkan para konsumen, petani, perusahaan bio-teknologi, pembuat kebijakan, organisasi nirlaba, dan juga ilmuwan. Beberapa kampanye penolakan penggunaan tanaman transgenik sebagai sumber makanan pun juga banyak bermunculan.
Bagaimana cara menghindari konsumsi GMO food?
- Usahakan untuk mengonsumsi makanan yang ber-asal dari pertanian lokal yang masih alami atau menggunakan pangan organik.
- Bila mengonsumsi produk makanan impor (baik yang segar maupun beku), selalu perhatikan label yang tercantum. Cari produk dengan segel yang bertuliskan ‘organic product’ atau ‘non-GMO verified project’.
- Minimalisir konsumsi produk makanan impor yang disinyalir merupakan hasil transgenik seperti alfalfa, canola, jagung manis, kapas, pepaya Hawaii, kedelai, kacang polong, gula bit, zucchini, edamame, tomat, dll.
- Sering-seringlah mencari tahu mengenai informasi dari mana sumber makanan yang anda konsumsi itu diproduksi.
- Untuk produk ikan, lebih baik memilih produk ikan laut segar tangkapan nelayan, bukan produk ikan budidaya yang diberi pakan tambahan.